Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak (brain attack) merupakan penyakit cerebrovaskuler yang kebanyakan menyerang kelompok usia diatas 45 tahun, tetapi dapat juga menyerang diusia yang lebih muda bahkan anak-anak yang dengan kelainan pada sistem pembuluh darah otak.

Menurut Chandra B (1986), Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebebkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu.

Menurut kriteria WHO (1995) Stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda atau gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak.

Untuk memperkecil angka kematian dan kecacatan maka perlu terapi yang tepat dan cepat, hal ini harus didukung dengan diagnosis yang tepat dan cepat pula.

Klasifikasi

Dikenal berbagai macam klasifikasi stroke :

1. Berdasarkan Patologi Anatomi dan penyebabnya

  1. Stroke Iskemik
  2. Stroke Hemoragik

–          Perdarahan Intraserebral

–          Perdarahan Subarakhnoid

–          Arterio Venous Malformation (AVM)

2. Berdasarkan perjalanan klinisnya

  1. TIA (Transient Ischemic Attact)
  2. RIND
  3. Stroke  In Evolution / Progressing Stroke
  4. Stroke Komplet

3. Berdasarkan sistem pembuluh darah yang terkena

  1. Sistem Karotis
  2. Sistem Vertebrobasiler

Berdasar gejala klinisnya Banford (1992) membagi menjadi

1. TACI (Total Anterior Circulation Infarct)

Klinis :

  1. Hemiparesis dengan atau tanpa gangguan sensorik (kontralateral sisn lesi)
  2. Hemianopia (kontralateral sisi lesi)
  3. Gangguan fungsi luhur : misal difasia, gangguan visuospatial, hemineglect, agnosia, apraksia

2. PACI (Partial Anterior Circulation Infarct)

Klinis :

  1. Defisit motorik, sensorik & hemianopia
  2. Defisit motorik, sensorik & gangguan fungsi luhur
  3. Gangguan fungsi luhur & hemianopia
  4. Defisit motorik / sensorik murni
  5. Gangguan fungsi luhur saja

3. LACI ( Lacunair Infarct)

Disebabkan oleh infark pada arteri kecil dalam otak

Klinis :

  1. Tidak ada defisit visual
  2. Tidak ada gangguan fungsi luhur
  3. Tidak ada gangguan fungsi batang otak
  4. Defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil
  5. Pure motor stroke
  6. Pure sensory stroke

4. POCI (Posterior Circulation Infarct)

Terjadi oklusi pada batang otak atau lobus oksipitalis

  1. Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral dan gangguan motorik /  sensorik kontralateral
  2. Gangguan motorik / sensorik bilateral
  3. Gangguan gerakan konjungat mata

 

Faktor Resiko

Faktor-faktor resiko atau keadaan-keadaan yang memungkinkan untuk terjadi stroke :

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Herediter

d. Ras / etnik

2. factor resiko yang dapat dimodifikasi :

a. Riwayat stroke

b. Hipertensi

c. Penyakit Jantung

d. DM

e. Hipekolesterol

f. Penggunaan kontrasepsi oral

g. Obesitas

h. Merokok

i. Peninggian kadar fibrinogen

3. Faktor resiko mayor

a. Hipertensi

b. Merokok

c. DM

d. Kelainan jantung

e. Kolesterol

 

Patofisiologi

Secara garis besar mekanisme gangguan peredaran darah otak yang akan menimbulkan keadaan-keadaan iskemia, infark ataupun pendarahan dapat terjadi melalui empat cara yaitu :

1. Penyumbatan pembuluh darah oleh thrombus atau embolus

2. Robeknya dinding pembuluh darah

3. Penyakit-penyakit dinding pembuluh darah

4. Gangguan susunan normal komponen darah

 

Berdasarkan Vaskularisasi Otak

Stroke dapat dibagi berdasarkan sistempembuluh darah otak yang terkena

1. Sistem Carotis

2. SistemVertebrobasilar

 

Diagnosis Stroke

Menegakkan diagnosis stroke dapat dilakukan dengan anamnesis yang cermat, riwayat stroke dan pemeriksaan fisik.

1. Anamnesis

Anamnesis penderita stroke harus dilakukan dengan cermat meliputi :

a. Onset / awitan

Pada stroke onset / awitan timbulnya mendadak yang artinya sebelumnya penderita merasa sehat-sehat saja masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik

b. Saat onset

Sewaktu kelainan timbul penderita sedang melakukan kegiatan atau tidak

  1. Peringatan
  2. Seringkali sebelum kelumpuhan anggota badan terjadi, penderita sudah mendapat peringatan terlebih dahulu seperti kesemutan sesisi wajah yang sebenarnya adalah serangan TIA
  3. Nyeri kepala, muntah, kejang dan kesadaran menurun

Sebenarnya adalah manifestasi klinik dari adanya kenaikan tekanan intrakranial

2. Pemeriksaan klinis neurologis

Adanya kelainan-kelainan neurologis meliputi sensorik, motorik dan otonom

3. Pemeriksaan jenis stroke dengan algoritma / skore

  1. Algoritma Stroke Gajah mada
  2. Algoritma Stroke Skore
  3. Siriraj Stroke Skore

4. Gold standar diagnosis stroke adalah dengan pemeriksaan CT scan atau MRI

 

Perbedaan Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik.

Untuk membedakan antara Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik sangan mudah jika tersedia alat pemeriksaan pencitraan CT Scan ( Compurerized Tomography) yang merupakan pemeriksa baku emas. Karena alat tersebut hanya dijumpai di kota besar, maka perlu dilakukan anamnesis dan pemeriksaan klinis neurologis secara teliti.

Membedakan Stroke non Hemoragik dan Stroke Hemoragik sangat penting karena menyangkut prognosisnya. Stroke Hemoragik angka mortalitasnya sangat tinggi, sedangkan Stroke non Hemoragik / Infark lebih rendah. Karena itu kecepatan dan ketepatan dalam membedakan kedua jenis stroke ini sangat penting.

Tabel perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke non hemoragik / Infark

Gejala Perdarahan (Hemoragik) Non Hemoragik ( Infark)
Onset atau awitanSaat onset

Peringatan / warning

Nyeri kepala

Kejang

Muntah

Kesadaran menurun

MendadakSedang aktif

+++

+

+

+++

MendadakIstirahat

+

+/-

+/-

 

Seringkali sebelum kelumpuhan anggota badan sesisi terjadi, pasien sudah mendapat peringatan atau warning terleih dahulu, misalnya rasa kesemutan pada wajah sesisi yang berlangsung hanya beberapa menit saja. Kesemutan tersebut sebenarnya adalah serangan TIA (Transient Ischemic Attack ) yang merupakan salah satu faktor resiko stroke.

Gejala lain seperti nyeri kepala, muntah, kejang, kesadaran menurun merupakan manifestasi adanya tekanan intra cranial meningkat. Pada Stroke hemoragik gejala tersebut baru muuncul setelah beberapa hari dan bersifat minimal.

Bila CT scan tidak ada, maka untuk membantu diagnosis secara praktis telah dikembangkan suatu patokan/algoritma stroke yaitu menggunakan :

1. Algoritma Stroke Gajah Mada

2. Siriraj Stroke Score

 

Pengelolaan Stroke :

Penderita stroke sejak mulai sakit pertama kali dirawat sampai proses rawat jalan di luar rumah sakit memerlukan perawatan dan pengobatan terus menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Jadi strategi manajemen stroke mempunyai tujuan utama :

  1. Memperbaiki keadaan penderita sehingga mempunyai kesempatan hidup maksimum. Terhadap penderita diukur kemampuan fungsional yang dapat dicapai, bukan status neurologinya
  2. Memeperkecil pengaruh stroke terhadap penderita dan keluarganya

Menurut WHO, konsekuaensi stroke dilihat dalam 4 aspek

  1. Aspek patologi : membicarakan tentang anatomi, etiologi dan patofisiologi stroke secara klinik dan intervensi medik (surgikal)
  2. Impairment : menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan anatomis yang disebabkan stroke. Tindakan : psikoterapi, fisioterapi da terapi okupational
  3. Disability : setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan orang sehat seperti tidak bisa jalan, menelan dan melihat akibat stroke
  4. Handicap : halangan atau gangguan pada seseorang penderita stroke akibat impairment atau disability tersebut

Manajemen stroke terdiri dari beberapa fase yang saling berurutan dan berkaitan :

1. Umum pada fase akut

  • Stabilisasi fungsi kardiorespirasi melalui ABCD
  • Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus respiratorius dan urinarius
  • Menjamin nutrisi, cairan dan elektrolit optimal
  • Mencegah dekubitus dan DVT
  • Mencegah timbulnya stress lambung

2. Spesifik pada fase akut, medik tanpa surgikal

  • Terapi medik
  • Terapi bedah

3. Rehabilitasi dan perawatan lanjutan

  1. Koordinasi rencana terapi multidisipliner untuk meningkatkan kemampuan fungsionil penderita
  2. Edukasi pada pasien dan keluarga
  3. Menentukan peralatan / perlengkapan adaptasi yang tepat untuk mobilisasi dan ADL
  4. Mencegah stroke ulang
  5. Konseling psikososial
  6. Evaluasi piligan paling aman yang memungkinkan penderita hidup mandiri dalam lingkungannya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *