Definisi Stroke non Hemoragik atau Stroke Infark adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.
Stroke non Hemoragik dapat dosebabkan oleh :
- Trombosis otak
- Emboli otak
- Pengurangan perfusi sistemik umum
A. Trombosis otak
Sebagian kasus Stroke non Hemoragik disebabkan oleh trombosis otak ( 75% – 80%). Trombosis adalah obstruksi aliran darah yang terjadi karena proses okulasi pada satu pembuluh darah lokal atau lebih.
Trombosis otak umumnya terjadi pada pembuluh darah yang mengalami artherosklerosis yang mula-mula akan menyempitkan lumen pembuluh darah (stenosis) dan kemudian dapat berkembang menjadi sumbatan (oklusi) yang menyebabkan terjadinya infark
Faktor resiko yang memegang peranan terjadinya aterosklerosis adalah :
- Hipertensi
- DM
- Hiperlipidemi
- Hiperurucemia
- Merokok
- Stress
- Kurang gerak
- hipotiroid
B. Emboli otak
Emboli adalah pembentukan material dari tempat lain dalam sistem vaskuler dan tersangkut dalam pembuluh darah tertentu sehingga memblokade aliran darah.
Penyebab emboli otak pada umumnya berhubungan dengan kelainan kardiovaskuler antara lain :
- Fibrilasi atrial
- Penyakit katub jantung
- Infark miokard
- Penyakit jantung rematik
- Lepasnya plak aterosklerosis pembuluh darah besar intra / ekstra kranial
C. Pengurangan perfusi sistemik umum
Pengurangan perfusi sistemik bisa mengakibatkan iskemik. Hal ini dapat disebabkan karena :
- Kegagalan pompa jantung
- Proses perdarahan yang masif
- Hipovolemik
Faktor Resiko Generasi Baru Pada Stroke non Hemoragik :
- Defisiensi atau kekurangan estrogen
- Homosistein tinggi
- Plasma fibrinogen
- Faktor VII
- Tissue plasminogen activator
- Plasmanogen activator inhibitor type I
- D-Dimer
- Lipoprotein
- Clamydia pneumonia (infeksi)
- Virus herpes / Citomegalovirus, helicobacter pylory
- Genetik marker pada aterosklerosis
Patofisiologi stroke infark akut
Pada dasarnya Stroke Iskemik akut meliputi dua proses yang saling terkait, yaitu :
- Perubahan vaskuler, hematologik atau kardiologik yang menyebabkan terjadinya kekurangan aliran darah ke bagian otak yang terserang.
- Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemia hingga terjadi nekrosis sel neuron, glia dan sel otak yang lain.
Infark Serebri Berdasarkan Perjalanan Klinisnya dapat dibagi menjadi
- TIA ( Transient Ischemic Attack)
- RIND ( Reversible Ischemic Neurological Deficit)
- Progressing Stroke atau Stroke in Evolution
- Completed Stroke
A. TIA ( Transient Ischemic Attack)
Pada TIA ini gejala neurologis yang timbul akan cepat menghilang, berlangsung dalam beberapa menit sampai sehari penuh. TIA didefinisikan debagai suatu gangguan akut dan fungsi fokal serebral yang gejalanya kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus atau emboli. Gejala klinis TIA dapat dibedakan dari sumber alirannya yaitu sistem karotis atau sistem vertebrobasilaris
1. TIA yang disebabkan gangguan sistem karotis, gejalanya :
– Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa disertai rasa nyeri (amaurosis fugax)
– Kelumpuhan lengan atau tungkai atau keduanya pada sisi yang sama
– Defisit sensorik atau motorik pada wajah saja, wajah dan lengan atau tungkai saja secara unilateral.
– Kesulitan untuk mengerti bahasa dan atau berbicara (afisia)
– Pemakaian kata-kata yang salah atau diubah
2. TIA yang disebabkan gangguan sistem vertebrobasilaris, gejalanya :
– Vertigo dengan atau tanpa disertai nausea dan atau muntah (terutama bila disertai dengan diplopia, disfagi, atau disartri)
– Mendadak tidak stabil
– Unilateral atau bilateral gangguan visual, motorik atau sensorik
– Hemianopsia homonim
– Drop attack
B. RIND ( Reversible Ischemic Neurological Deficit)
Seperti pada TIA, gejala neurologis yang ada pada SIND, juga akan menghilang antara 24 jam sampai 21 hari. Jika pada TIA dokter jarang menyaksikan sendiri sehingga diagnosis ditegakkan berdasar riwayat dari pasien, maka RIND besar kemungkinan dokter masih dapat mengamati
C. Progressing Stroke
Pada keadaan ini kelainan yang ada masih terus berkembang ke arah yang lebih berat. Diagnosis stroke ditegakkan pada saat awal dengan mengamati langsung perkembangannya, atau saat akhir dimana diambil riwayat penyakitnya.
D. Completed Stroke
Completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi. Kelainan neurologis yang muncul bermacam-macam tergantung daerah otak yang mengalami lesi.
Manifestasi Klinis menurut Banford
Gejala klinis yang timbul pada Stroke Infark dapat diklasifikasikan menurut Banford :
1. TACI ( Total Anterior Circulation Infarct)
- Hemiparesis dengan atau tanpa gangguan sensorik ( kolateral sisi lesi)
- Hemianopia ( kolateral sisi lesi)
Gangguan fungsi luhur, misalnya afasia, gangguan visuospasial, hemineglect, agnosia, apraxia.
2. PACI ( Partial Anterior Circulation Infarct) :
- Defisit motorik / sensorik + hemianopia
- Defisit motorik / sensorik + gejala fungsi luhur
- Gejala fungsi luhur + hemianopia
- Defisit motorik / sensorik murni
- Gangguan fungsi luhur saja
3. LACI ( lacunar Cerebral Infarction)
- Tidak ada defisit visual
- Tidak ada gangguan fungsi luhur
- Tidak ada gangguan fungsi batang otak
- Defisit maksimum pada satu cabang arteri kecil
- – Pure motor stroke
– Pure sensory stroke
– Ataksik hemiparesis
4. POCI ( Posterior Circulation Infarct)
- Disfungsi saraf otak, satu atau lebih sisi ipsilateral, dan gangguan motorik . sensorik kontralateral
- Gangguan motorik / sensorik bilateral
- Gangguan gerakan konjungat mata ( horisontal et vertical)
- Disfungsi serebral
- Isolated hemianopia atau buta kortikal
Diagnosis
Penegakan diagnosis stroke melalui :
- Anamnesis
- Pemeriksaan klinis neurologis
- Algoritma dan penilaian dengan skor stroke
- Pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu :
- Funduskopi
- Arteriografi
- CT scan
- MRI
- TCD
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau manajemen stroke terdiri dari beberapa fase yang saling berkaitan dan berurutan yaitu
1. Manajemen umum pada stroke fase akut
- Menstabilisasi fungsi kardiologis melalui ABC
- Mencegah infeksi sekunder terutama pada traktus respiratorius dan traktus urinarius
- Menjamin nutrisi, cairan, dan elektrolit yang stabil dan optimal
- Mencegah dekubitus, DVT dan stres ulcer
- Menilai kemampuan menelan penderita untuk menentukan apakah dapat diberikan makanan peroral atau dengan NGT
2. Terapi spesifik pada stroke akut
a. Terapi pada stroke iskemik
- Terapi reperfusi : hemoreologi, antikoagulan, tromboitik, antiplatelet
- Obat-obatan
b. Terapi pada stroke hemoragik
– Obat pengendalian tekanan darah, menurunkan tekanan intra kranial
– Obat neuroprotektor
– Terapi pembedahan bila diperlukan
3. Rehabilitasi dan perawatan lanjutan
- Koordinasi rencana terapi multidisipliner untuk meningkatkan kemampuan fungsional penderita
- Edukasi pada penderita dan keluarga
- Penilaian peralatan / perlengkapan adaptasi yang tepat untuk mobilisasi dan ADL
- Konseling psikososial
- Prevensi stroke ulang
- Prevensi dan terapi komorbiditas
- Reintegrasi vokasional dan komunitas
- Evaluasi pilihan paling aman yang memungkinkan pasien untuk kembali ke tingkat kemandirian dalam lingkungan aman.
Melalui :
– evaluasi neuromuskuloskleletal
– evaluasi medik umum
– evaluasi fungsional
– evaluasi psikososial dan vokasional